Lampung, koranpemberitaankorupsi.id
Gaya kepemimpinan Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Lampung, Chusnunia Chalim, menjadi sorotan publik. Kritik muncul setelah sejumlah kader potensial disingkirkan dan sejumlah kerabatnya justru menempati posisi strategis, terutama menjelang momentum Pilkada sebelumnya.
Menanggapi hal ini, Pengamat Hukum Tata Negara dari Universitas Lampung (Unila), Yusdianto, menilai praktik politik oligarki dalam tubuh partai politik di Lampung sejatinya jarang ditemukan, kecuali pada PKB.
“Di Lampung, praktik oligarki politik itu hampir tidak ada. Partai seperti NasDem, PAN, Gerindra, dan Golkar bersifat majemuk dalam kepemimpinan. Tapi kenapa PKB justru terlihat seperti Partai Keluarga Bersama? Ini tentu masih asumsi, namun patut diteliti lebih lanjut,” ujarnya saat diwawancarai, Jumat (11/04/2025).
Yusdianto menekankan, partai politik yang besar seharusnya memberi ruang kepada kader-kader profesional dan potensial, bukan malah menyingkirkan mereka demi kepentingan pribadi atau keluarga.
“Kader yang berpotensi seharusnya dirangkul, diberi peran, dan diberdayakan. Bukan malah disingkirkan. Ini bukan pola kepemimpinan yang sehat dalam partai politik,” tambahnya.
Ia juga mengingatkan bahwa PKB Lampung berdiri berkat kontribusi banyak tokoh, bukan semata-mata karena peran keluarga Chusnunia Chalim (Nunik).
“Kalau kita lihat ke belakang, PKB di Lampung bukan dibentuk oleh keluarga Nunik. Justru sejak awal, partai ini dibangun oleh banyak tokoh dari berbagai latar belakang. Apakah kini mereka dilupakan begitu saja?” tegasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Yusdianto juga menyoroti proses Pergantian Antar Waktu (PAW) Yus Bariah sebagai anggota DPRD Lampung yang dinilai tidak transparan dan tidak melibatkan aspirasi publik, terutama dari para konstituen Yus Bariah.
Menurutnya, proses PAW seharusnya memenuhi syarat secara internal dan eksternal agar tidak merampas hak individu maupun hak masyarakat.
“PKB itu partai besar yang seharusnya bisa menjadi teladan dalam praktik demokrasi. Tapi kenyataannya malah menunjukkan hal sebaliknya. Ini tidak mencerminkan contoh yang baik bagi masyarakat,” tutupnya.